Categories
Artikel Data

Asal Usul AMDAL

Asal Usul AMDAL

Halo Sahabat lingkungan, kali ini admin ingin membagikan informasi terkait dengan Asal Usul dari AMDAL, yu kita mulai.

Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menganalisis dampak yang ditimbulkan oleh suatu proyek terhadap lingkungan sekitar.

Asal usul Amdal sendiri berasal dari Amerika Serikat pada tahun 1969 ketika terjadi insiden pengeboran minyak di lepas pantai California yang mengakibatkan tumpahan minyak yang merusak lingkungan laut dan pesisir. Insiden ini mengakibatkan banyak kecaman dari masyarakat dan menginspirasi para aktivis lingkungan untuk menuntut adanya peraturan yang mengatur perlindungan lingkungan dari dampak proyek-proyek pembangunan.

Pada tahun 1970, Amerika Serikat menerapkan National Environmental Policy Act (NEPA) yang mengharuskan semua proyek yang didanai oleh pemerintah federal untuk melalui proses evaluasi dampak lingkungan terlebih dahulu. Kemudian, proses evaluasi ini diadopsi oleh negara-negara lain di dunia, seperti Australia (1974), Thailand (1975), Perancis (1976), Filipina (1978), Israel (1981) dan Pakistan (1983).

Di Indonesia, Amdal diatur dalam UU No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kemudian direvisi menjadi UU No. 23 Tahun 1997 dan selanjutnya berlaku UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam UU tersebut, Amdal diwajibkan untuk dilakukan pada proyek-proyek yang berpotensi menimbulkan dampak besar terhadap lingkungan. Saat ini berlaku UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang mengubah ketentuan berbagai UU, termasuk UU No.32 Tahun 2009. Selain itu berlaku juga PP No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

.id Pusat Pelatihan Lingkungan

EcoEdu.id merupakan bagian dari Proyek Pelatihan di PT. Ganesha Environmental & Energy Services (PT.GEES)
(BPUDL Institut Teknologi Bandung)

Categories
Artikel Data

BPBD Kabupaten Bogor Catat 22 Titik Bencana dalam Semalam

BPBD Kabupaten Bogor Catat 22 Titik Bencana dalam Semalam

Foto: BPBD Kabupaten Bogor mencatat ada 22 titik bencana longsor dan angin kencang di wilayah Kabupaten Bogor, Jabar. (dok BPBD Kabupaten Bogor dalam detiknews.com

Halo Sahabat lingkungan, kali ini admin ingin membagikan informasi terkait dengan Bencana yang ada di Bogor dalam semalam kemarin, yu kita mulai.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor mencatat adanya 22 titik bencana longsor dan angin kencang di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Puluhan bencana tersebut terjadi dalam semalam di 14 kecamatan akibat hujan deras dan angin kencang. Menurut Staf Kedaruratan BPBD Kabupaten Bogor, Jalaludin, titik-titik bencana tersebar di 14 kecamatan dari total 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Namun, tidak ada korban jiwa atau luka-luka dalam kejadian tersebut.

Dari total 22 bencana yang terjadi, 16 di antaranya adalah longsor, 4 bencana disebabkan oleh angin kencang, dan 2 bencana karena rumah ambruk. Dua rumah ambruk terjadi di Desa Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng dan Kampung Cigowang, RT 03/03 Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong. Sedangkan empat bencana yang disebabkan oleh angin kencang terjadi di berbagai desa di Kabupaten Bogor, seperti Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang dan Desa Kota Batu, Kecamatan Ciomas.

Jalaludin menjelaskan bahwa semua kejadian bencana tersebut tercatat dalam laporan warga sejak malam hingga siang tadi. Rekapitulasi sementara data laporan tersebut mencatat kejadian bencana di Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kampung Cikareo, RT 02/04 Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Jalan Alternatif Kampung Cilembar RW 06 Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cigombong, Kampung Kubang RT 02/09 dan RT Babakan RT 03/02 Desa Banjarwaru, Kecamatan Ciawi, dan beberapa titik bencana lainnya.

Namun, Jalaludin menegaskan bahwa sampai saat ini tidak ada laporan mengenai korban jiwa atau luka-luka akibat kejadian tersebut. BPBD Kabupaten Bogor masih terus memantau kondisi cuaca dan mengimbau warga yang berada di wilayah rawan bencana untuk tetap waspada.


Sumber: detiknews

.id Pusat Pelatihan Lingkungan

EcoEdu.id merupakan bagian dari Proyek Pelatihan di PT. Ganesha Environmental & Energy Services (PT.GEES)
(BPUDL Institut Teknologi Bandung)

Categories
Artikel Data

TPA Sebayar di Natuna Kelebihan Kapasitas dan Menimbulkan Tumpukan Sampah di Luar Kolam

TPA Sebayar di Natuna Kelebihan Kapasitas dan Menimbulkan Tumpukan Sampah di Luar Kolam

TPA Natuna

Tumpukan sampah di TPA Sebayar, sumber: batamnews.co.id

Halo Sahabat lingkungan, kali ini admin ingin membagikan informasi menarik terkait dengan TPA Sebayar di Natuna, yu kita mulai.

Natuna, Kepulauan Riau – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sebayar di Kabupaten Natuna telah kelebihan kapasitas dan menyebabkan tumpukan sampah meluap keluar dari kolam penimbunannya. Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Natuna, Afriyudi pada hari Ahad (tanggal 22 Februari 2023).

Menurut Afriyudi, TPA Sebayar mengalami kelebihan kapasitas karena sejak dibangun pada tahun 2011 dan dioperasikan pada 2012, kapasitas maksimalnya hanya mampu bertahan selama 10 tahun. Saat ini, kapasitas TPA tersebut telah mencapai batas maksimal sehingga sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Natuna tidak dapat lagi ditampung di dalam kolam penimbunan TPA Sebayar.

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Natuna, Afriyudi mengatakan bahwa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menambah atau membangun kolam penimbunan baru. Hal ini dilakukan agar dapat menampung sampah yang saat ini mencapai lebih dari 33 ton per hari di Natuna.

Akibat kelebihan kapasitas ini, sampah yang masuk ke TPA setiap hari terpaksa harus ditumpuk di area yang tidak seharusnya, sehingga menimbulkan tumpukan sampah yang mengganggu kenyamanan dan kebersihan lingkungan sekitar.

Upaya untuk meminimalisir sampah yang masuk ke TPA Sebayar diharapkan dapat dilakukan oleh masyarakat Natuna dengan memperbaiki perilaku dan kebiasaan dalam mengelola sampah rumah tangga. Diharapkan pula agar pemerintah setempat dapat segera mengambil tindakan untuk memperbaiki sistem pengelolaan sampah di Natuna agar tidak terjadi lagi masalah kelebihan kapasitas TPA Sebayar di masa mendatang.

Sumber: kepri.antaranews.com

.id Pusat Pelatihan Lingkungan

EcoEdu.id merupakan bagian dari Proyek Pelatihan di PT. Ganesha Environmental & Energy Services (PT.GEES)
(BPUDL Institut Teknologi Bandung)

Categories
Artikel Data

HEBOH! Limbah Medis Berbahaya Ditemukan di TPS Bangkalan

HEBOH! Limbah Medis Berbahaya Ditemukan di TPS Bangkalan

Foto Kantong Darah (ilustrasi) sumber gambar: https://rejogja.republika.co.id/

Halo Sahabat lingkungan, kali ini admin ingin membagikan informasi menarik terkait dengan Limbah Medis Berbahaya, yu kita mulai.

Puluhan kantong darah berbahaya yang ditulisi dengan kata HIV ditemukan di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Junok, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur pada tanggal 20 Februari 2023. Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah DLH Pemkab Bangkalan, Yudistira, menyatakan bahwa kantong-kantong tersebut ditemukan oleh petugas kebersihan saat membuang sampah ke TPS. Setelah penemuan tersebut, puluhan kantong darah tersebut diserahkan ke RSUD Bangkalan.

Menurut Yudistira, kantong darah yang dibuang di TPS tersebut milik Palang Merah Indonesia (PMI) Bangkalan, dan telah dipastikan oleh Ketua PMI Bangkalan, As’ad Asjari. Asjari mengakui bahwa kantong darah tersebut merupakan kesalahan internal yang terjadi di luar kendali dan kontrol PMI Bangkalan. Dia meminta maaf atas insiden tersebut dan berjanji untuk melakukan evaluasi bersama PMI Jatim.

Insiden ini telah menarik perhatian DRPD Bangkalan. Komisi D DPRD Bangkalan telah memanggil Pengurus PMI Bangkalan dan DLH Pemkab Bangkalan untuk melakukan serap informasi serta evaluasi. Selain itu, kejadian ini juga menjadi viral di media sosial. Oleh karena itu, DLH Pemkab Bangkalan mengimbau kepada semua pihak untuk membuang limbah berbahaya dan beracun di tempat yang telah ditentukan agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

Sumber: IDNTimes

.id Pusat Pelatihan Lingkungan

EcoEdu.id merupakan bagian dari Proyek Pelatihan di PT. Ganesha Environmental & Energy Services (PT.GEES)
(BPUDL Institut Teknologi Bandung)

Categories
Artikel Data

GMIM dan Karema Project Berkolaborasi untuk Mengedukasi Anak-Anak tentang Sampah Plastik

GMIM dan Karema Project Berkolaborasi untuk Mengedukasi Anak-Anak tentang Sampah Plastik

Pimpinan Proyek Karema Grace Wakari saat melakukan sosialisasi kepada ASM GMIM Baitel Kolongan, (sumber: ANTARA.com)

Halo Sahabat lingkungan, kali ini admin ingin membagikan informasi menarik terkait dengan GMII yang mengedukasi anak-anak, yu kita mulai.

MANADO. Dalam kolaborasi dengan Karema Project, Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) telah memulai program peningkatan kesadaran lingkungan untuk anak-anak sekolah minggu di Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Program ini bertujuan untuk mengedukasi anak-anak tentang bahaya dan nilai dari sampah plastik bagi kehidupan manusia.

Tiga puluh anak dari Jemaat GMIM Baitel Kolongan di Mapanget Kolongan, Minahasa Utara, berpartisipasi dalam program ini. Kegiatan ini difokuskan pada pemilahan sampah plastik dan nilai positifnya, sebagai bagian dari program utama untuk mengedukasi anak-anak di jemaat GMIM Baitel Kolongan mengenai masalah lingkungan. Program ini bertujuan untuk mengubah sampah menjadi uang untuk mendukung program pengembangan mereka saat ini.

Untuk mendukung inisiatif ini, jemaat telah menjalin kemitraan dengan aktivis daur ulang plastik yang ramah lingkungan dan siap mendukung program-program lingkungan. Anak-anak diajarkan bahwa mereka dapat mengumpulkan botol plastik dan menjualnya kepada gereja, yang akan menghasilkan uang untuk mereka simpan dan berikan persembahan setiap minggu.

Karema Project adalah LSM lingkungan di Sulawesi yang didirikan pada tahun 2021 oleh pemuda yang mencintai lingkungan, terutama laut. Penjelasan singkat tentang bahaya dan nilai dari sampah plastik mendapat tanggapan positif dari anak-anak, yang diharapkan dapat mengeluarkan sampah mereka dengan benar dan mengumpulkan botol plastik untuk didaur ulang.

Program ini merupakan contoh bagus bagaimana institusi keagamaan dapat berperan aktif dalam pendidikan dan pelestarian lingkungan. Jemaat GMIM Baitel Kolongan telah mengambil pendekatan proaktif untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah lingkungan, dan program ini memberikan kesempatan yang sangat baik bagi anak-anak untuk belajar tentang pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.

Secara keseluruhan, kolaborasi antara GMIM dan Karema Project adalah upaya yang inspiratif untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan membangun generasi warga yang sadar lingkungan

Sumber: Antara.com

.id Pusat Pelatihan Lingkungan

EcoEdu.id merupakan bagian dari Proyek Pelatihan di PT. Ganesha Environmental & Energy Services (PT.GEES)
(BPUDL Institut Teknologi Bandung)